Rabu, 13 Juli 2011

PERJALANAN NASI GORENG


Ada seorang Pemuda yang bernama Alano rocki keturunan Palembang itali. Dia mempunyai seorang guru yang bernama Sufi. Dia menceritakan sesuatu yang begitu menginspirasi dan membuat saya mengingat cerita tersebut seumur hidup saya.
Suatu hari dia berjalan dengan gurunya sufi didaerah Jakarta  dan melewati rumah makan nasi goreng yang terkenal dan sering dikunjungi artis. Gurunya mampir untuk membelinasi goreng.

 Memang rumah makan nasi goreng itu selalu ramai dikunjungi orang. Singkat cerita, dipesanlah nasi goreng dua porsi. Kemudian, mereka berdua makan dengan lahap nasi gorengnya.
Sesudah makan, tibalah saatnya sang guru untuk memberi petuah kepada Alano. “ Alano, tahu tidak mengapa nasi dinasi goreng ini enak dan dimakan sama orang terkenal? ” tanya sang guru. “Tahu, karena bumbunya pas,” jawab alano. “Bukan, bukan itu maksud saya,” kata gurunya. “Terus kenapa guru?”
“Nasi dinasi goreng ini sudah mengalami proses yang panjang dan dia tidak mengenakkan dan dia ikhlas menjalankan prosesnya.”
“Mulai dari dia masis sebagai beras yang habitatnya dilumpur yang kotor, lalu dia dipisahkan dari tumbuhan inangnya  dan digiling untuk dipisahkan dengan kulit arinya, dia ikhas menjalankan perpisahan itu.”
“Kemudian, dia direbus dan ditanak menjadi nasi selama satu jam sehingga tubuhnya menjadi lebar, tidak lagi langsing, dan terisi air. Namun sesudahnya...tentu harga diri dan derajatnya menjadi naik karena beras menjadi lebih mahal setelah menjadi nasi  dan lebih banyak volume dan beraatnya, sehingga bisa lebih bermanfaatuntuk orang indonesia, bisa mengenyangkan dan memberi tenaga.”
“Ada saatnya ketiksa dimasak menjadi nasi goreng, beras yang sudah berubah menjadi nasi mengami berbagai cobaan dan tantangan.”
“Dia mau berhadapan dengan pedasnya cabai lada, perihnya bawang putih dan bawang merah. Dia berada pada ligkungan yang tidak nyaman lagi dengan berada pada minyak goreng dan wajan yang sangat panas. Beradu dan diasinkan dengan garam dan bumbu lainnya. Diberi rasa manis sesaat dengan kecap, lalu dibuat pusing dengan diaduk-aduk hingga semua bumbunya merata dan ditambahkan potongan daun sawi, kol, wortel, dan dibuat lagi pusing dengan diaduk-aduk. Semuanya dengan ikhlas dijalani oleh nasi goreng.”
“Dan akhirnya ditaruh di piring dan diberi hiasan, dan diciumi oleh para pengunjung, dipuji sebagai nasi goreng yang nikmat, enak, maknyus... harga dirinya pun menjadi lebih tinggi dibanding nasi biasa, nasi biasa secentong Rp 2.000,00 setelah menjadi nasi goreng menjadi Rp 12.000,00.”
“Coba liahat beras yang tidak mengalami prose, mungkin dia tercecer ditanah, dilantai, dilantai, lama kelamaan busuk dimakan kutu.”
Ketika kita ingin menjadi lebih baik dan menjadi lebih sukses, lebih kaya, dan lebih religius dibanding dengan keadaan kita yang sekarang atau sebelumnya, PASTI mengalami banyak hal yang justru tidak mendukung apa yang kita inginkan dan menahan anda agar tetap berada pada pada kondisi sebelumnya.
Tantangan bukan hanya berasal dari luar diri kita, yang berupa perpisahan, cobaan, dan penolakan, cuaca alam, dan lain – lain, tetapi bisa juga berasal dari dalam diri kita sendiri, seperti rasa malas, malu takut,  perasaan tidak berdaya, kurang pengetahuan, kurang pengalaman, dan lain-lain.
Memang untuk berubah, memang untuk berubah, kita harus mengalami proses yang tidak menyenangkan untuk membayar segala hal yang kita cita – citakan. Istilahnya” No gain withouth pain.”
Memang ada yang ketika lahir sudah mendapaykan kesberuntungan karena dilahirkan dikeluarga sukses. Namun jika orang yang sudah sukses mau sukses lagi mau tidak mau harus mengalami kembali proses yang harus dilewati.
Teruskanlah perjuanganmu, wujudkanlah cita-citamu!!